Jumat, 06 Juni 2014

Desahan Nikmat Santi

http://asmaradana01blogspot.com/feet/post/default
Kejadian gila ini terjadi pada bulan Agustus 2010 yang lalu. Waktu itu aku baru putus dengan pacarku, dalam kesepian itu kalau sudah tidak ada kerjaan aku menghibur diriku dengan nonton bokep, clubbing (tapi tidak sering karena besoknya harus bangun pagi-pagi, malu dong bos kesiangan), ataupun main internet berjam-jam. Suatu hari aku membaca cerita-cerita ah-uh.tk, disitu aku menemukan hiburan yang menggairahkan, aku sangat terkesan dengan cerita-cerita karya penulis wanita seperti Lily Panther, Citra Andani, Dania, Deknas, dll dimana wanita-wanita itu terlibat dalam seks liar, ternyata wanita jaman sekarang tidak kalah berani dari pria. Lalu aku sampai pada cerita berjudul “Kejutan Untuk Teman-temanku” yang memberiku inspirasi mengadakan acara gila ini. Terbayang-bayang dalam pikiranku dimana cewek putih cantik, sexy, dan imut dikerjai oleh cowok-cowok kasar, tua, hitam, dan jelek yang statusnya lebih rendah darinya, sungguh suatu kekontrasan seks yang menggairahkan. Cerita Ngentot | Aku kemudian mulai memikirkan rencana untuk mewujudkan fantasi liarku, rencanaku mencari cewek-cewek dari kalangan teman-temanku untuk diadu dengan buruh-buruh bawahanku. Yang pertama harus kulakukan adalah mencari ceweknya dulu, karena cukup sulit dan perlu lobi-lobi yang jitu, kalau untuk prianya itu sih nanti saja, kemungkinan menolaknya pasti kecil, cuma satu banding sepuluh. Besoknya aku kuliah siang dan membicarakan hal ini dengan seorang teman wanita yang pernah ML denganku, hasilnya nol, ditolak mentah-mentah. Aku jadi malu dan hampir mengurungkan niatku, tapi bintangku mulai bersinar di waktu malam ketika ngedugem, di sana aku bertemu Santi (22) dan Sandra (22) yang juga sefakultas denganku, mereka akrab denganku maka aku tanpa tendeng aling-aling mengutarakan maksudku pada mereka. Mulanya mereka merasa risih dengan ideku, tapi setelah susah payah kurayu-rayu, akhirnya Santi bangkit juga gairahnya membayangkan hal itu, sedangkan Sandra, meskipun masih ragu-ragu, akhirnya mengiyakan juga karena kudesak terus (duh…kaya salesman aja nih !). Setelah puas ngedugem, aku mengantar Santi pulang (Sandra naik mobil sendiri), sambil menyetir Santi sempat mengoralku sampai keluar dan dihisapnya habis. Berikutnya aku mencari seorang lagi untuk lebih meriah, kutelepon beberapa teman yang pernah kencan denganku dan mereka-mereka yang bispak (bisa pakai). Dari tiga orang yang kuhubungi akhirnya ada juga yang setuju yaitu Ivana (23), mahasiswi Sastra Inggris yang pernah pacaran singkat denganku, kebetulan waktu itu dia baru putus dengan pacarnya. Phew…akhirnya jerih payahku dengan menebalkan muka tidak sia-sia. Kini tinggal mencari cowoknya, aku keliling pabrikku untuk menyeleksi kandidat yang pas, lima orang saja kurasa cukup, kalau terlalu banyak takutnya berabe, bisa ada kasak-kusuk ga enak. Sebentar saja aku sudah mendapatkan lima kandidat itu, pilihanku jatuh pada : Pak Andang, seorang buruh tua berumur lima puluhan yang telah bekerja sejak usaha kami masih kecil-kecilan, kurasa pantas dia menerima hadiah ini mengingat pengabdiannya, meskipun berusia senja dan sudah mulai beruban, tubuhnya masih tetap fit karena terbiasa kerja keras; Pak Usep, usianya sebaya dengan Pak Andang, sudah menduda, jadi kupikir inilah saatnya sekali-sekali memberi upah biologis padanya; Mang Nurdin, berusia empat puluhan, badannya kekar dan berisi, inilah yang menjadi pertimbanganku memilih dia; Mang Obar, tiga puluhan, tampangnya mirip tikus dengan kumis tipis, kurus tinggi seperti pohon kelapa; Endang, paling muda dari kelimanya, baru dua puluh tiga tahun, bekerja disini baru setahun lebih, tapi rajin dan kerjanya bagus, patut mendapat hadiah ini. Seusai jam kerja aku memanggil mereka untuk bertemu secara pribadi di kantorku. Awalnya mereka bingung kok dipanggil mendadak seperti ada salah saja. Namun setelah aku menjelaskan maksudku selama beberapa menit, mereka hampir terlompat, antara kaget dan senang, seperti tidak percaya apa yang baru kutawarkan. “Hah, serius nih tuan ?” Pak Andang dan Mang Obar bertanya hampir bersamaan “Iya, siapa yang main-main, pokoknya kalian tinggal datang dan nge-jos, apa-apanya saya yang atur, dan satu hal lagi jangan sampai ada yang tau lagi selain kita, atau tidak sama sekali” jawabku meyakinkan. Seperti yang kuduga, tak satupun dari mereka ragu atau menolak, tidak sesulit mengajak para ceweknya. Ya, sifat dasar pria lah, siapa sih yang bisa melewatkan kesempatan emas gini lalu begitu saja, apalagi kalau soal perempuan, bahkan Raja Daud yang bijak itu saja tidak bisa menghindar dari godaan seksual, ya kan ! Sebenarnya menurut rencana harusnya besok bisa mulai, tapi karena Santi meng-SMS bilang bahwa ada tugas kuliah yang harus diselesaikan, terpaksa acara ditunda besok lusa. Duh, aku jadi agak bete, tidak sabar menunggu hari esok, satu jam jadi terasa setahun karena sudah kebelet. Malamnya aku sampai masturbasi saking bergairahnya, tapi sisi positif dari tertundanya acara ini aku bisa mempersiapkan segalanya lebih baik. Ketiga pembantu wanitaku kubebastugaskan hari itu, yang kebetulan sehari sebelum hari kemerdekaan RI, kusuruh saja mereka berkunjung ke sanak saudaranya atau kemana kek, pokoknya tidak mengganggu acara gilaku. Kupompa kasur udaraku yang empuk (beli dari Dr. TV, hehe..promosi nih ceritanya?) dan kuletakkan di ruang tamu sebagai arena pertarungan nanti. Akhirnya sampai juga hari-H itu, sekitar pukul dua siang aku sudah membereskan segala dokumen yang harus kutangani, sisanya, pekerjaan kecil lainnya kuserahkan pada staffku. Saat itu sudah ada SMS masuk dari Ivana yang mengatakan bahwa dia sudah datang dan sedang menunggu di depan kediamanku. “Pagi-pagi amat dia datang, baru juga jam segini” pikirku. Aku pun segera menuju ke rumahku yang terletak di samping pabrik, dibatasi dua buah gerbang kayu. Aku memasuki pekarangan rumahku, disana Ivana sedang jongkok mengelus-elus si Buster, kelinci peliharaanku. “Hoi, Na, cepat amat kesininya, kan gua bilang jam limaan sesudah bubar kerja” sapaku “Tanggung, kalo pulang, nanti harus bolak-balik jauh lagi” jawabnya “Naik apa kesini ?” “Tadi nebeng si Stephanie kan dia di Lingkar Selatan sana” Hari itu Ivana terlihat cantik sekali, kaos ketatnya tanpa lengan dan celana panjang sedengkulnya semua serba putih, rambutnya yang panjang diikat ekor kuda. Walaupun pernah putus denganku akibat ketidakcocokan sifat, namun kami masih berteman baik, bahkan terkadang kita melakukan hubungan badan. Secara fisik, dia termasuk perfect, buah dadanya sedang saja, standar cewek Asia, tubuhnya langsing bak biola, dia juga jago dancing dan piano. Kuajak dia masuk ke rumah, disana kami menonton DVD Troy sambil ngobrol dan makan snack menunggu waktu bubaran pabrik. Ketika film lagi seru-serunya, tiba-tiba intercom berbunyi, ada urusan di pabrik yang memintaku datang. “Gimana sih nih orang-orang, masih butuh gua juga !” omelku dalam hati “Lu nonton sendiri dulu, gua ada perlu dulu nih, sori yah” Huh, ternyata cuma ada dokumen yang perlu kutandatangan, cuma itu saja, itulah kenapa aku tidak mengatur acaranya jam segini, ya banyak gangguan seperti ini loh. Aku memeriksa sejenak kegiatan di pabrik, setelah yakin tidak ada apa-apa lagi aku pun kembali ke samping. Waktu keluar dari sana, kulihat Vios hitamnya Santi sudah ada di halaman pabrik. Aku menengok arlojiku, wah…sudah mau jam setengah lima, ga kerasa ya, cepat amat, berarti sebentar lagi pesta gila-gilaan ala Kaisar Caligula akan segera dimulai hehehe…aku jadi ngeres. “Lho, si Santi mana, tadi ada mobilnya di depan ?” tanyaku pada Ivana karena tidak melihat Santi di rumah “Tuh, lagi ke WC, masih lama ga nih acaranya Win, gua udah deg-degan nih ?” tanyanya “Bentar lagi kok, jam lima baru bubar, rileks aja Na, ga usah tegang gitu, ntar juga enjoy” kataku “Yo, San darimana aja, you are so hot today !” sapaku begitu keluar dari kamar mandi Waktu itu Santi memakai tank-top merah yang talinya diikat ke leher dan membiarkan setengah punggungnya terbuka. Bawahnya memakai rok yang mini dari bahan jeans ungu memamerkan pahanya yang putih mulus. Aku terpana beberapa detik menatap tubuh mulus Santi yang tinggi semampai (170cm), wajahnya cantik ala oriental namun ekspesinya agak dingin, sehingga sering terkesan jutek bagi yang belum kenal dekat dengannya, tapi kalau akrab dia enak diajak bicara, blak-blakan dan pendengar yang baik, setahuku dia ini orangnya pilih-pilih dalam memilih patner sex, tapi mau saja menerima tantanganku ini, entah dia yang kepingin atau diplomasiku yang hebat. “Dari rumahlah, masa dari kampus pake baju glamor gini, eh tinggal si Sandra ya yang belum ada ?” jawabnya “Iya belum tuh, ga ada berita lagi, tadi gua telepon HPnya ga dinyalain” “Lu pake ginian bikin gua kepanasan nih San” kataku sambil memandangi dirinya, dibalik celanaku, adikku juga mulai bangun. Tak dapat menahan diri lagi, langsung kupeluk tubuh Santi, tanganku menggerayangi pahanya sambil menyingkap roknya, lalu telapak tanganku bergerak ke belakang meremas pantatnya yang montok. “Nngghh…buru-buru amat sih, ntar aja ah !” katanya antara menolak dan menerima “Sori San…dikit aja, lu bikin gua nafsu sih” sahutku seraya memagut lehernya Rambutnya yang pendek model Utada Hikaru memudahkan aku menjilati lehernya yang jenjang hingga ke tenguknya. Dari sana bibirku menjelajah secara erotis ke dagu, pipi, hingga mencaplok bibirnya yang tipis. Dengan kedua tangan meremas pantatnya, aku menciuminya dengan panas, nafas kami yang memburu terasa pada wajah masing-masing. Perhatian Ivana pada layar TV jadi tersita ke arah mantan pacarnya yang berciuman dengan penuh gairah dengan temannya. Dia menatapi kami tanpa berkedip dan terlihat gelisah, tangannya secara sembunyi-sembunyi meremas payudara sendiri. Aku yakin cintanya padaku masih tersisa sedikit walaupun cuma lima persen, dan hal itu tentu menimbulkan sensasi cemburu yang membuatnya horny. Santi pun mulai merespon dengan meremas selangkanganku yang sudah menonjol. Lagi enak-enak ber-French kiss, tiba-tiba bel musikku berbunyi, kami melepaskan diri. Hhmm…siapa ya, Sandra atau para bawahanku ? Pintu kubuka, ternyata para buruhku, lima-limanya pula, aku memberitahukan bahwa cewek-ceweknya sudah datang tapi dari tiga baru dua yang datang, kuminta agar mereka bisa berbagi jatah dengan adil. “Ini beneran kan tuan ? kita ga usah keluar uang kan ?” si Endang seakan masih tak percaya, aku cuma mengangguk meyakinkannya “Udahlah ga usah banyak bacot, enjoy aja euy !” Pak Usep menepuk punggung pemuda itu Kubawa mereka ke ruang tengah dan kupertemukan dengan para cewek. Ivana terlihat nervous, dia tetap duduk di sofa dan memberi senyum dipaksa ketika kuperkenalkan buruh-buruhku satu persatu. Sedangkan Santi, meskipun agak gugup, namun lebih luwes, dia berdiri menyambut kedatangan mereka bahkan menyalami mereka waktu keperkenalkan. Ketika Mang Obar dengan nakal mencolek pantatnya pun, dia membalasnya dengan senyum menggoda. Setelah saling kenal dan basa-basi sejenak kupersilakan mereka memilih sesuai selera mereka, dengan ini pesta resmi kubuka. Pak Usep dan Endang sepertinya lebih memilih Ivana, merekapun menghampirinya dan duduk disofa mengapit kanan dan kirinya. Sedangkan sisanya yang memilih Santi mulai berdiri mengerubunginya. Aku sendiri duduk di sebuah sudut yang strategis untuk menyaksikan the hottest live show ini. Nah, pembaca, dari sini aku sempat bingung bagaimana menguraikan kedua adegan ini secara lengkap dan detail, karena tidak seru kan kalau aku hanya menguraikannya sekilas-sekilas. Akhirnya setelah kupikir-pikir aku memutuskan menceritakannya per adegan plus berdasarkan penuturan mereka, supaya lebih fokus dan pembaca pun turut menghayati kenikmatan yang kurasakan waktu itu, semoga metode berceritaku ini memuaskan pembaca sekalian, aku akan memulainya dengan adegan Santi. (beberapa dialog disini, terutama yang diucapkan para buruhku adalah dalam Bahasa Sunda, sebenarnya aku lebih sreg menuliskan seperti aslinya, namun mengingat pembaca ah-uh.tk bukan cuma dari Jawa Barat, juga peraturan dari admin yang mengharuskan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka aku harus taat sama aturan mainnya) Santi dikerubungi ketiga orang itu Santi nampak tegang, namun dia menutup-nutupi ketegangan itu dengan senyumannya dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terkadang mereka mengajukannya pertanyaan nakal yang membuat wajahnya memerah tersipu-sipu. Pak Andang mulai berani mengelusi punggung Santi yang terbuka. “Eeemm…geli Pak !” desahnya menggoda. “Masa digituin aja geli sih Neng, gimana kalo diginiin ?” Mang Obar meremas payudaranya. Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayanginya. Mang Nurdin juga mulai merayapi lekuk tubuh Santi sambil menyingkap rok mininya, paha mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga menyentuh selangkangan Santi yang masih tertutup celana dalam biru langit. “Bapak buka bajunya ya Neng” Tanpa menunggu jawaban Santi, Pak Andang membuka tali leher yang menyangga pakaiannya. Santi tidak memakai bra karena tank top itu mempunyai cup dada didalamnya sehingga begitu melorot payudara montok dengan puting kemerahan itu langsung terekspos. Pak Andang dan Mang Obar mencaplok masing-masing kiri dan kanannya. Mang Nurdin kini berjongkok sedang mengagumi keindahan paha Santi yang jenjang dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu. “Neng, pahanya mulus amat…putih lagi” puji Mang Nurdin sambil menjilatnya. Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Mang Nurdin telah sampai kesitu membelai kemaluannya dari luar, jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalamnya. Mang Obar mengenyot payudara kanannya. Santi menengadah dengan mata terpejam, mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Dia telah mabuk birahi, tubuhnya menggelinjang saat Mang Nurdin menggosok vaginanya dengan jari-jarinya sampai terlihat bercak cairan vaginanya di tengah celana dalamnya. “Pak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ?” kataku menunjuk kasur pompa yang terletak tak jauh dari situ. Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Santi di kasur empuk itu, lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Santi yang berpayudara kencang, berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya, mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Santi sampai terpana menatap ketiga senjata yang akan segera Ć¢€˜membantainyaĆ¢€™ itu. Ketiganya kembali mengerubungi Santi yang terlihat nervous dengan menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tangan. “Hehehe…si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah !” kata Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Santi yang menutup payudaranya. “Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya!” kata Mang Obar yang tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu. Pak Andang menciumi payudara kanannya sambil tangannya meraba-raba kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dengan ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantungku berdebar-debar dan mataku melotot menyaksikan adegan itu, ditambah lagi adegan pada sofa di hadapanku dimana tubuh telanjang Ivana sedang dijilati dan digerayangi. Aku membuka celana pendekku dan mengeluarkan penisku lewat pinggir celana dalam lalu mulai memijatnya, ini jauh lebih spektakuler dari film bokep dengan artis tercantik sekalipun. Mang Nurdin mencium dan menjilat leher jenjang Santi sambil mengusap-usap payudara satunya, lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingnya menyebabkan Santi menggeliat dan mendesah nikmat. Dari telinga mulut Mang Nurdin memagut bibir Santi, mulut lebar dengan bibir tebal itu seolah mau menelan bibir Santi yang mungil lagi tipis. Sekonyong-konyong terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yang beradu. Santi nampak sudah tidak merasa risih lagi, yang dirasakannya sekarang adalah birahi yang menggebu-gebu akan pengalaman barunya ini, terlihat dari matanya yang terpejam menghayati permainan ini. Sikapnya yang semula pasif mulai berubah dengan meraih penis Mang Nurdin dalam genggamannya. Mang Obar sedang berlutut diantara kedua paha Santi, tapi dia belum juga mencoblosnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dengan tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis, pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yang lentik itu. Lagi enak-enak nonton live-show sambil ngocok, tiba-tiba ada SMS masuk, kuraih HP-ku, oh…si Sandra, hampir lupa aku sama anak ini saking asyiknya, pesannya berbunyi demikian : “Win, pstanya jd g? psti lg asyk y? sori nih tlat, td diajak tmn jln2 sih, kl stgh7 gw ksana msh bsa g?” Brengsek bikin orang nunggu aja, mana datangnya telat banget lagi, tapi aha…terbesit sebuah cara untuk menghukumnya, hihihi…aku nyeringai sambil mereply SMS-nya “Gile tlat amt sih, y dah u dtg aja, mngkin msh kburu, kl g kta skalian mkn mlm aja, ok” Wow, kini Santi sedang menjilati secara bergantian penis Pak Andang dan Mang Nurdin yang berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya. Sementara itu Mang Obar menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Santi, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepala Mang Obar. Kini Santi membuka mulut dan mendekatkan kepalanya pada penis Pak Andang,
  setelah masuk ke mulutnya, dia mulai mengulum benda itu dengan nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok pelan penis Mang Nurdin. Tak lama kemudian Mang Obar menghentikan jilatannya dan merentangkan paha Santi lebih lebar, dia bersiap memasukkan penisnya. Santi juga menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yang makin mendekati bibir vaginanya dengan deg-degan. “Pelan-pelan yah Mang, saya takut sakit abis kontol Mang gede gitu !” ucap Santi memperingatkan “Tenang aja Neng, Mamang ga bakal kasar kok !” hiburnya sambil mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya. Nampaknya Mang Obar kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vagina Santi karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dengan gerakan tarik-dorong. “Aakkhh…nggghhh…sakit !” rintih Santi menahan rasa nyeri,



  padahal penis itu belum juga masuk seluruhnya “Masa pelan gitu sakit sih Neng ?” kata Pak Andang yang memegangi tangannya sambil membelai payudaranya “Mungkin si Neng aja yang memeknya kekecilan kali !” sahut Mang Nurdin cengengesan. “Aaaaahhh…” jeritnya saat Mang Obar menghentakkan pinggulnya ke depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dalam liang itu. Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan buas tanpa menghiraukan perbandingan ukurannya dengan vagina Santi. Sementara di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti menggerayangi tubuhnya. Mang Nurdin dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kanannya yang disedot dan dikulum dengan rakus. Pak Andang menelusuri tubuh itu dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuh Santi tidak luput dari jilatannya. Santi mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat. Saat itu Endang baru saja selesai dengan Ivana, setelah menyemprot perut Ivana dengan spermanya dia minum dulu dan langsung menuju Santi, sementara itu Mang Obar mulai mencicipi Ivana. Endang duduk di sebelah kanannya dan meminta ijin Pak Andang yang sedang menguasai kedua payudaranya untuk memberinya jatah satu saja. Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Santi mengejang dan mendesah tertahan di tengah aktivitasnya mengoral Mang Nurdin, dia mengenyot dan kadang menarik-narik puting itu dengan mulutnya. “Ooohh…isep Neng…iseepp !!” tiba-tiba Mang Nurdin mendesah panjang dan makin menekan kepala Santi ke selangkangannya. Spermanya menyembur di dalam mulut Santi, mungkin karena badannya berguncang-guncang hisapan Santi tidak sempurna, cairan itu meleleh sebagian di pinggir mulutnya.


  Mang Nurdin beranjak pergi meninggalkan Santi setelah di cleaning service, diambilnya segelas aqua dari meja untuk diminum. Tiba-tiba goyangan Santi makin gencar lalu berhenti dengan tubuh mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua tangannya memegang erat lengan Pak Andang. Dia telah mencapai klimaks, tapi Pak Andang belum, dia terus menghentakkan pinggulnya ke atas menusuk Santi. Tubuh Santi melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat itu Endang sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yang sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu diiringi rintihan pemiliknya. Tubuh Santi kini dihimpit kedua buruh itu seperti sandwich, kedua penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dengan ganas. “Ooohh….oooh…aakkhh !” gairah Santi mulai bangkit lagi, vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Pak Andang yang sudah di ambang klimaks.Pak Andang lalu melenguh panjang menyemburkan maninya di dalam vagina Santi akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh Santi dengan nafas terengah-engah. Setelah ditinggalkan Pak Andang, Santi cuma melayani Endang saja, namun pemuda ini lumayan brutal mengerjainya sehingga dia menjerit-jerit. Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yang menggantung di remas dengan kasar. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Endang tertumpah di pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih. Keadaan Santi sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan masih terlihat pada kulitnya yang mulus, sperma bercampur cairan kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Aku jadi kasihan melihatnya, maka aku menghampirinya dengan membawa air dan tissue. Kuangkat tubuhnya dan kusandarkan pada lenganku, dengan tissue kuseka keringat di dahinya, minuman yang kuberikan langsung diteguknya habis. “Udah ya San, kalau dah ga kuat jangan dipaksain lagi, ntar pingsan lu!” saranku Namun dia cuma tersenyum sambil menggeleng, ga apa-apa katanya cuma perlu istirahat sedikit, dia juga bilang rasanya seperti diperkosa massal saja barusan itu. Waktu itu Pak Usep menghampiri kami bermaksud menikmati Santi, tapi kusuruh dia bersabar karena kondisinya belum fit. Karena tubuh Santi yang sudah lengket-lengket itu, aku menyuruhnya mandi agar lebih segar. Setelah agak pulih, kubantu dia berdiri dan memapahnya ke kamar mandi, kunyalakan shower air hangat untuknya. Sebelum keluar kami berpelukan, kucium dia sambil mengorek vaginanya dengan dua jari, cairan sperma meluber keluar begitu kukeluarkan tanganku, sehingga aku harus cuci tangan. “Dah mandi dulu yang bersih, supaya nanti siap action !” kataku Dia cekikikan sambil menyeprotkan shower ke arah kakiku, aku melompat kecil dan keluar sambil tertawa-tawa. Begitu aku keluar, waw…gile, Ivana mantan pacarku itu sedang dikerjai kelima orang itu, dia sudah tidak di sofa lagi, melainkan sudah di lantai beralas karpet, the hottest gangbang i’ve ever seen ! Untuk lebih lengkapnya lebih baik kita ikuti kisah Ivana dari awal. Pak Usep menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pada leher jenjang Ivana membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan rangsangannya dengan mengecup lehernya membuat tanda kemerahan disitu, rambut Ivana yang terikat ke belakang memudahkannya menyerang daerah itu. Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan pelosok tubuh lainnya. Mendadak Pak Usep menghentikan kegiatannya dan memanggil Endang yang lagi asyik nyusu dengan mencolek kepalanya. “Eh, Dang, kita taruhan yu, yang menang boleh ngentot si Neng duluan !” tantangnya “Taruhan apaan Pak, saya mah ayu aja” “Coba tebak, si Neng ini jembutan ga ?” tanyanya dengan nyengir lebar Muka Ivana jadi tambah memerah karena kenakalan mereka ini, aku juga jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan pacarku ini dikerjai orang lain. “Hmmm…ada ga Neng ?” tanya Endang sambil menatapi selangkangan Ivana “Eee…nanya lagi, orang disuruh tebak !” omel Pak Usep menyentil kepalanya Ivana senyum mesem dan menjawab tidak tahu menjawab si Endang. “Ada aja deh !” tebak si Endang “Yuk kita tes, bener ga !” kata Pak Usep dengan menyusupkan tangannya ke balik celana Ivana “Eemmhhh…” desis Ivana saat merasakan tangan Pak Usep merabai kemaluannya “Weleh…sialan, bener juga lu Dang !” gerutunya karena ternyata kemaluan Ivana memangnya berbulu, lebat lagi. Endang tersenyum penuh kemenangan karena dapat giliran pertama merasakan tubuh Ivana. Merekapun kembali menggerayangi tubuhnya. Tangan Pak Usep tetap didalam celananya mengobok-obok kemaluannya sejak mengetes tadi. Endang mulai membuka sabuk yang dikenakan Ivana dan menurunkan resletingnya, sebelumnya dia menyuruh Pak Usep menyingkirkan tangannya dulu. Cairan vagina membasahi jari-jarinya begitu dia mengeluarkan tangannya dari sana. Endang turun dari sofa dan jongkok di lantai beralas permadani itu untuk menarik lepas celana Ivana. Tampak kemaluan Ivana dengan bulu-bulu yang tebal dari balik celana dalamnya yang semi transparan. Sesaat kemudian pakaian terakhir dari tubuhnya itu dilepaskannya pula.




  Jadilah Ivana telanjang bulat terduduk separuh berbaring di sofa. “Pak Usep, mau liat ga nih, bagus banget loh !” sahut Endang padanya “Hmmm…iya bagus ya, kamu aja dulu Dang, saya mau netek dulu !” kata Pak Usep sambil mencucukkan sejenak jari tengah dan telunjuk ke vaginanya, waktu dia keluarkan cairan lendirnya menempel dijari itu. Pak Usep mulai menjilati payudaranya mulai dari pangkal bawah lalu naik menuju putingnya, dia jilat puting itu lalu dihisapnya kuat-kuat, sementara tangannya memilin-milin putingnya yang lain. “Hhhnngghh…Mang, oohh !” Ivana mendesah menggigit bibir sambil memeluk erat kepala Pak Usep. Ivana makin menggelinjang saat wajah Endang makin mendekati selangkangannya dan “Aaaahh…!” desahnya lebih panjang, tubuhnya menggelinjang hebat, kedua pahanya mengapit kepala Endang. Pemuda itu telah menyapu bibir vaginanya, lalu lidah itu terus menyeruak masuk menjilati segenap penjuru bagian dalam vaginanya, klitorisnya tak luput dari lidah itu, sehingga tak heran kalau desahannya makin tak karuan saling bersahut-sahutan dengan desahan Santi yang saat itu baru ditusuk Mang Obar. “Oi, kalian berdua kok belum buka baju sih, kasih liat dong kontolnya ke Neng Ivana pasti dah ga sabar dia !” kataku pada Endang dan Pak Usep. Pak Usep nyengir lalu dia membuka kaos berkerah dan celananya hingga bugil, dia menggenggam penisnya yang tebal dan hitam itu memamerkannya pada Ivana “Nih, Neng kontol Mamang gede ya, sama pacar Neng punya gede mana ?” tanyanya sambil menaruh tangan Ivana pada benda itu “Gede yah Mang…keras” jawab Ivana yang tangannya sudah mulai mengocoknya Ivana yang tadinya malu-malu hilang rasa malunya saking terangsangnya, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitar, yang dipikirkannya hanya menyelesaikan gairah yang sudah membakar demikian hebat itu. Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Endang masih seperti kelaparan, belum berhenti menjilati vaginanya sementara Ivana sudah mengapir dan menggesek-gesekkan pahanya pada kepala Endang menahan birahinya yang meninggi. “Nanti juga enak kok Neng, sakitnya bentar aja !” timpal Mang Obar Beberapa kali Pak Usep menekan tubuh Ivana juga menghentakkan pinggulnya, akhirnya masuk juga penis itu ke vaginanya, mata Ivana sampai berair menahan sakit. Pak Usep mulai menggoyangkan tubuhnya “Arrgghh…uuhhh…sempit amat…enak !” gumam Pak Usep di tengah kenikmatan penisnya dipijat vagina Ivana. Sementara Mang Obar meraih kepala Ivana, wajahnya mendekat dan hup…mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan lidah Ivana, dia hanya pasrah saja menerimanya, dengan mata terpejam dia coba menikmatinya lidahnya, entah secara sadar atau tidak turut beradu dengan lidah lawannya. Limabelas menit lamanya batang Pak Usep yang perkasa menembus vagina, Ivana, runtuhlah pertahanan Ivana, sekali lagi badannya mengejang dan mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi penis Pak Usep dan sofa di bawahnya (untung sofanya bahan kulit jadi gampang dibersihkan). Ivana memeluk erat-erat kepala Mang Obar yang sedang mengenyot payudaranya. Sekonyong-konyong terlihat cairan putih meleleh dari selangkangan Ivana, rupanya Pak Usep juga telah orgasme. Desahan mereka mulai reda, keduanya melemas kembali. Nampak olehku ketika Pak Usep melepas penisnya, dari vagina Ivana menetes cairan sperma yang telah bercampur cairan cintanya. Waktu beristirahat baginya cuma sebentar karena Mang Obar langsung menyambar tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang kenikmatan.





 Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Ivana menggelinjang setiap kali dia menghentakkan tubuhnya. Saat itu Mang Nurdin dan Pak Andang mendekati keduanya untuk menonton lebih dekat adegan panas itu. Mereka menyoraki temannya yang sedang berpacu diatas tubuh mantan pacarku itu seperti menonton pertandingan olahraga saja. Setelah itu aku kehilangan sedikit adegan karena sedang mengantar Santi ke kamar mandi, maka adegan yang hilang ini kuceritakan berdasarkan penuturan Mang Nurdin yang kuanggap paling akurat. Dari sofa, Mang Obar menurunkan Ivana ke karpet, dia berlutut di antara paha Ivana dan terus menyodoknya. Mang Nurdin membungkuk agar bisa mengemut payudara yang menggiurkan itu. Pak Andang berlutut di samping kepalanya dan menjejalkan penisnya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi payudara Ivana. Endang dan Pak Usep yang nganggur kembali mendatanginya, merekapun ikut bergabung mengerjai Ivana. Tangan-tangan hitam kasar menggerayangi tubuh mulus itu, ada yang mengelus pahanya, ada yang meremas payudaranya, ada yang memelintir putingnya, beberapa diantaranya sedang dikocok penisnya oleh Ivana. Ikat rambutnya sudah terbuka sehingga rambutnya tergerai sebahu lebih. Pemandangan itulah yang kulihat ketika keluar dari kamar mandi. Lebih dari lima menit dia menjadi objek seks kelima buruhku. Mulanya aku sangat menikmati tontonan ini, terlebih ketika sperma mereka muncrat di tubuhnya, ada yang nyemprot di dada, perut, dan mukanya. Namun aku mulai merasa kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan penis-penis mereka dengan mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan paksa ke dalam mulutnya, aku terpaksa turun tangan menyudahinya ketika kulihat air matanya mulai menetes. Aku tahu semasa pacaran denganku dulu dia memang tidak terlalu suka oral seks dan menelan sperma, jijik katanya, apalagi sekarang dengan yang hitam-hitam gitu, tentu saja aku tidak tega melihatnya dipaksa-paksa sampai menangis. “Udah-udah Mang, cukup…jangan diterusin lagi, nangis nih dia !” kataku membubarkan mereka Kemudian aku sandarkan dia di kaki sofa dan memberinya minum, kulap sperma yang membasahi mukanya. Dia memelukku dan menangis sesegukan, aku balas memeluknya dan menenangkannya, tidak peduli lagi dengan tubuhnya yang masih lengket-lengket. “Duh…maaf banget Neng, abis tadi kita kirain Neng nikmatin, ga taunya nangis beneran !” kata Mang Obar “Iya, kalo tau Neng ga suka ngemut kontol, kita juga ga maksa, tadi Neng reaksinya malu-malu sih, jadi kita juga tambah nafsu” tambah Pak Usep “Sori, sori, Na gua lupa bilang tadi, abis mandi lu pulang aja yah !” hiburku mengelus-elus rambutnya “Ngga, ga papa kok Win, gua enjoy, cuma tadi gua kaget aja dipaksa-paksa gitu, gua kan ga suka oral” katanya setelah lebih tenang sambil membersihkan air mata. Legalah kami mendengar dia berkata begitu, kami kira dia bakal trauma atau shock. Aku lalu menyuruhnya mandi dan membantunya bangkit, dia pun berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Aku dan para buruhku duduk-duduk di ruang tamu merenggangkan otot, kupersilakan mereka menyantap snack dan minuman sambil menunggu Sandra. Aku ngobrol-ngobrol tentang pendapat mereka sekalian memberi pengarahan apa yang harus dilakukan untuk menghukum Sandra yang terlambat nanti. Sandra memang bukan type yang malu-malu seperti Ivana, tapi aku tetap harus memperingatkan mereka agar tidak bertindak kelewatan, aku tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gara-gara mewujudkan fantasi gilaku. “Win, Ivana diapain aja sampe nangis gitu ?” terdengar suara Santi bertanya dari belakang, dia berjalan ke arahku dengan handuk kuning terlilit di tubuhnya, rambutnya masih agak basah “Ga kok, cuma belum biasa dikeroyok aja, jadi sedikit…ya gitulah !” jawabku sambil meraih pinggangnya mengajak duduk di sebelahku. Mang Nurdin mengajak Santi duduk disebelahnya saja, tapi Santi menolaknya “Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Sandra !” tolaknya Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yang misscall ke HP-ku, si Sandra, semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ini dia, pikirku. Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dengan membawa pakaian masing-masing, aku berencana membuat surprise sekaligus hukuman baginya. Kupakai celana pendekku untuk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata bukan Sandra, masa aku menyambutnya memakai celana dalam). “Hai, sori yah telat” katanya begitu pintu terbuka “gua jadi ga usah main sama buruh-buruhlu yah” “Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk !” ajakku “Ngapain aja seharian tadi ?” “Nge-bowling di BSM, pada minta nambah game melulu sih, kan ga enak kalo gua pulang dulu, sori banget” Sandra orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok daripada Ivana dan Santi, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow, artis HK tahun 90an itu loh, dengan modal itu dia pantas bekerja paruh waktu sebagai SPG. Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dengan dada rendah dan rok selutut dari bahan jeans. Sandra “Hi, baru lembur nih !” sapanya pada Santi Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya dari belakang sehingga dia merintih kaget “Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja !” “Aww…aduh, ngapain sih sakit tau !” rintihnya Mohon pembaca jangan salah paham mengira aku ini psikopat atau apa, dalam bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar, karena dia juga menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan tampar sih, tidak sampai masokisme dengan pecut, lilin, dan sejenisnya. Karena dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan tantangan padanya.Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu. Dia pun mulai meraba selangkanganku. Setelah memberi syarat dengan gerakan tangan ke arah dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari selangkanganku “Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen kontol, kalo lu mau kontol gua kasih lu lima sekaligus !” makiku sambil mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah berdiri para buruhku yang bugil yang senjatanya sudah di reload, mengacung tegak siap untuk pertempuran selanjutnya. Sebelum sempat bangun dia sudah diterkam kelima orang itu. “Heeaaa…sikat !” seru mereka sambil menyerbunya “Win…sialan lu, gila !!” jeritnya “Huehehehe…tenang San, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional abis !” aku menyeringai padanya Sandra meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar karena kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu mereka. Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya. Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang nanti, mandinya belum selesai. Pak Usep meremasi payudaranya yang masih terbungkus pakaian “Waw…teteknya gede nih, asyik !” komentarnya Mang Obar dan Pak Andang yang memegangi kakinya juga tak mau kalah, mereka menyingkap roknya sehingga terlihatlah celana dalamnya yang warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir celana dalam itu menggerayangi kemaluannya. Mang Nurdin menyusupkan tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yang bergerak-gerak. Si Endang meraih tangan Sandra dan menggenggamkannya pada penisnya. “Kocok Neng, kocokin yang saya !” suruhnya “Erwin…mhhpphh…Win…gua…mmm !” desahnya di tengah cecaran bibir Pak Usep yang akhirnya melumat bibirnya. Aku menyaksikan adegan ini dari jarak satu meteran sambil duduk merangkul Santi. “Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu ngeliat kita digituin tiko!” katanya sambil mencubit pahaku “Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo !” sambil memencet payudaranya. “Buka ah handuknya ngehalangin aja !” kutarik lepas handuk yang melilit badannya “Lu juga dong buka, biar adil !” balasnya sambil melepasi pakaianku “Sepongin San, sambil nonton si Sandra dismack down nih !” suruhku Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis penisku, jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yang sedang kusaksikan, seperti popcorn yang menemani nonton di bioskop. Sambil menikmati liveshow dan sepongan, tanganku memijati payudaranya dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya. Rontaan Sandra semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka. Aku berasumsi dia sudah tenggelam dalam hasrat seksualnya, hasrat terliar dalam dirinya, dia menikmati pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok penis Endang dengan sukarela, juga ketika Pak Usep menempelkan penisnya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis itu. “Telanjangin euy, biar kita bisa ngeliat bodinya !” kata salah seorang dari mereka “Iya bugilin, bugilin, ewe…ewe !!” timpal yang lain Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Sandra, pakaiannya beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di tubuhnya yang indah selain arloji, cincin, dan gelang kakinya. Kelimanya memandangi tubuh telanjang Sandra tanpa berkedip. “Anjrit, kulitnya mulus banget, cantik lagi !” komentar seseorang “Wih, teteknya…jadi ga tahan pengen netek eemmm…!” sahut Mang Nurdin yang langsung melahap payudara kanannya “Sebelah sini juga bagus” sahut Pak Andang membuka lebar kedua belah pahanya. Bersama Mang Obar dia memandangi daerah kemaluan Sandra yang berbulu lebat dengan tengahnya yang memerah. Keduanya menjilati vaginanya yang mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah menggelikitik vaginanya. Endang menciumi leher, bahu dan sekitar ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Pak Usep menjilati bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan pantatnya. Sandra hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti lima buruh kasar, mulutnya mengeluarkan suara desahan. Saat itu Ivana baru selesai mandi, dia menjatuhkan pantatnya di sebelahku, seperti Santi tadi dia juga memakai handuk melilit badannya, rambutnya masih agak basah. “Buka ah ! ngapain sih malu-malu gitu !” kataku menarik lepas handuknya Bekas cupangan memerah masih nampak pada kulit payudara dan lehernya yang putih, kurangkul tubuhnya yang mulus itu di sisi kiriku. Santi tidak terlalu menghiraukan kedatangan Ivana,




 dia terus saja menjilat penisku dengan gerakan perlahan sambil memijat lembut buah pelirnya “Kasian ih, masa lu tega si Sandra dikeroyok gitu !” kata Ivana “Santai aja Na, Sandra kan ga kaya lu, dia sih enjoy aja dikasarin gitu, dah biasa” jawabku santai “Ooo…ga kaya gua yah !” sehabis berkata dia langsung menyambar putingku dan menggigitnya “Adawww…!!” jeritku refleks menepis kepalanya. “Jahat ih, keras gitu masa gigitnya, putus nanti” kataku mengelus-elus putingku yang nyut-nyutan digigitnya. Dia malah tertawa melihatku begitu, si Santi juga ikutan ketawa. “Lho, kan ke Sandra lu bilang suka main kasar, baru digituin aja dah kaya disembelih hihihi !” Santi mengejekku “Ini sih bukan kasar, tapi sadisme gila” gerutuku. “Dah ah, lu terusin aja sana, jangan ngeledek ah !” kutekan kepalanya ke bawah “Sini lo !” kusambar tubuh Ivana yang masih cekikikan ke pelukanku Dengan bernafsu kupaguti lehernya dan payudaranya kuremas-remas sehingga dia mendesah-desah kenikmatan. Bukan cuma menjilat, Mang Obar juga memasukkan jarinya ke liang vagina Sandra, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Mang Obar menyuruh Pak Andang menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Sandra dan menekankan penisnya pada belahan kemaluan itu, dia melenguh ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan lagi. Sandra menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda sebesar itu menyeruak ke vaginanya. “Aaakkhh !” erangan panjang keluar dari mulut Sandra saat penis Mang Obar masuk seluruhnya dengan satu hentakan kuat.




 Penis itu keluar-masuk dengan cepatnya, suara desahan Sandra seirama dengan ayunan pinggul Mang Obar. Desahan itu sesekali teredam bila ada yang mencium atau memasukkan penis ke mulutnya. “Hehehe…liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya !” sahut Pak Usep memperhatikan payudara yang ikut tergoncang karena tubuhnya terhentak-hentak “Mulutnya enak, hangat, terus Neng, mainin lidahnya !” kata Endang yang lagi keenakan penisnya diemut Sandra. “Uuuhh…uuhh…iyahh !” jerit klimaks Mang Obar, penisnya dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam sana. Ivana yang tadi membersihkan penisku kini sudah diajak Pak Andang memulai babak berikutnya. Dia berdiri memeluk Ivana dengan kedua tangan kasarnya, mendekapkan tubuh Ivana ke tubuhnya hingga dada mereka saling melekat “Neng Ivana, mmm..” dengan bernafsu dia memagut bibirnya dan melumatnya Ivana juga balas menciumnya hingga lidah mereka saling melilit, mengeluarkan suara lenguhan, sepertinya dia mau membalas membuatku terbakar api cemburu seperti ketika aku mencumbu Santi di depannya waktu baru datang tadi. Tangan Pak Andang meremas payudaranya dan tangan satunya mengelus punggung hingga pinggulnya. Kemudian dia mengangkat satu kaki Ivana dan menempelkan penisnya di bibir vagina Ivana. Secara refleks Ivana melingkarkan tangan ke leher Pak Andang menahan badannya. Pelan-pelan Pak Andang mendorong pantatnya ke depan hingga penisnya menyeruak ke dalam vagina Ivana. Mereka mendesah hampir bersamaan saat penis itu menerobos dan menggesek dinding vagina Ivana. Lima menit setelah mereka berpacu dalam posisi berdiri, Pak Andang menghentikan genjotannya sejenak, lalu dia angkat kaki Ivana yang satunya. Sambil menggendong Ivana, dia meneruskan lagi kocokannya, dengan begini tusukan-tusukan yang diterima Ivana semakin terasa hujamannya, kedua payudaranya tampak seksi tergoncang-goncang. Kata Dr. sex Boyke gaya ini disebut monyet memanjat pohon kelapa , hebat juga Pak Andang ini sampai tahu variasi seks yang satu ini. O iya, masukan buat pembaca nih, kalau mau coba gaya yang satu ini kudu liat-liat kondisi loh, kalau cowoknya kurus kecil sedangkan badan ceweknya lebih besar atau bahkan gendut sebaiknya jangan deh, bisa-bisa bukannya nikmat yang didapat malah patah tulang, hehehe…Aku kagum oleh stamina Pak Andang ini, di usianya yang senja dia masih sanggup melakukan gaya ini cukup lama, aku sendiri tidak yakin bisa selama itu, sampai Ivana dibuat orgasme dalam gendongannya. Badannya mengejang dan kepalanya menengadah ke belakang serta mendesah panjang, dari selangkangannya cairan hasil persenggamaannya menetes-netes ke lantai. Tubuhnya yang lunglai mungkin sudah jatuh kalalu tangan Pak Andang yang kokoh tidak memeganginya. Pada saat yang sama,
  Mang Obar baru menuntaskan hajatnya terhadap Sandra. Keduanya klimaks bersamaan, dia mencabut penisnya lalu isinya ditumpahkan ke wajah Sandra, tidak sebanyak sebelumnya memang tapi lumayan membasahi wajahnya. Endang yang sudah siap bertarung lagi mendatanginya, dipeluknya Sandra dan dicium-cium bagian-bagian tubuh sensitifnya sambil memberinya waktu untuk mendinginkan vaginanya yang kepanasan. Mang Nurdin menghampiri Santi yang sedang dikerjai Pak Usep. “Yuk Pak, siap action lagi nih ? gabung aja !” kataku mempersilakannya bergabung dengan mereka. “Iya dong, bos, saya kan belum sempat nyoblos si Neng ini tadi, hehehe…!” katanya berkalakar Dia menyusup dan duduk di antara Santi dan sofa, tangan Santi dipindahkan ke bahunya yang lebar. Mulutnya menangkap salah satu payudara Santi yang berayun-ayun, dengan nikmatnya dia menyedot-nyedot benda itu sambil meraba-raba tubuhnya. Di sisi lain, Ivana sedang sibuk melayani Pak Andang dan Mang Obar, tubuhnya terbaring di sofa dijilati dan digerayangi mereka. Aku duduk sambil mengocok penisku menyaksikan pertempuran tiga mahasiswi melawan lima buruh kasar itu. Sungguh pemandangan yang membangkitkan nafsu, pembaca bisa bayangkan tiga orang cewek muda keturunan Chinese, cantik, putih, sexy, dan high class sedang digumuli buruh-buruh kasar, hitam, beda ras dan beda status sosial sungguh pemandangan yang sensual bagiku. Kami melupakan sejenak harga diri, martabat, dan perbedaan lainnya demi kesenangan seksual. My fantasy has come true, demikian kataku dalam hati. Tidak puas hanya dengan menonton sementara yang lain melakukan, aku pun mendekati Sandra yang sedang bergaya woman on top diatas Endang. Kupeluk dia dari belakang dan kupegang kedua payudaranya yang bergoyang-goyang. “Gimana San rasanya digangbang sama mereka San ?” tanyaku dekat kupingnya “Sadis…mhh…but it’s pretty cool…aah !” jawabnya terengah-engah “Win lu-lu…masukin lewat…uuhh…belakang…yah !” Mereka berhenti sebentar agar aku bisa memasukkan penisku ke pantat Sandra, kudorong tubuhnya ke depan hingga agak menelungkup. Aku meringis ketika memasukkan penisku ke duburnya karena sempit sehingga rasanya sedikit ngilu, hal yang sama pun dirasakan oleh Sandra, namun setelah masuk rasanya jadi enak banget. Sandra mendesah-desah merasakan dua penis yang memompa dua lubangnya. Desahannya bertambah seru karena si Endang menjilati payudaranya yang menggantung itu dijilati Endang dari bawah, sedangkan rambutnya kujambak seperti mengendarai kuda. Tanganku yang satu tidak tinggal diam, kadang meremas payudaranya, kadang mengelus punggung dan pantatnya, serta sesekali kutampar pantatnya hingga dia menjerit. “Harder…harder please, Mang juga dong nyodoknya kencengin !” Detik-detik terakhir menjelang orgasme, gerakan Sandra semakin liar saja, sodokanku pun kupercepat sesuai yang dimintanya. Akhirnya ditengah sodokan kami yang belum menunjukkan tanda-tanda berhenti dia orgasme yang ke sekian kalinya. Kami terus menggenjotnya tanpa mempedulikannya yang sudah kecapean. Pada akhirnya aku dan Endang menyiram tubuhnya dengan sperma kami, Endang menyiram dada dan perutnya, sedangkan aku menyiram mukanya sampai rambutnya juga kena.

      
 http://www.idsurvei.com/survei/gamos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar